HUMORBERITA.COM - Di emperan masjid selepas sembahyang maghrib, para wartawan mengerubungi Gus Dur. Belum sempurna Gus Dur menyandarkan punggungnya ke tembok, pertanyaan berat disodorkan kepada dirinya.
"Gus, bagaimana pandangan Islam tentang Indonesia yang memilih bentuk negara Pancasila, bukan negara Islam?" tanya wartawan.
"Menurut siapa dulu, NU atau Muhammadiyah?" jawab Gus Dur.
"NU, deh Gus," kata wartawan.
"Hukumnya boleh. Karena bentuk negara itu hanya wasilah, perantara. Bukan ghayah, tujuan." Jawab Gus Dur.
"Kalau menurut Muhammadiyah?" tanya wartawan.
"Sama," jawab Gus Dur singkat.
Wartawan melanjutkan pertanyaan berikutnya, "Kalau melawan Pancasila, boleh tidak Gus? Kan bukan Al-Qur'an?"
"Menurut NU atau Muhammadiyah?" jawab Gus Dur.
"Muhammadiyah, coba," kata wartawan.
Tidak boleh. Pancasila itu bagian dari kesepakatan, perjanjian. Islam mengecam keras perusak janji," jawab Gus Dur.
"Kalau menurut NU?" kata wartawan.
"Sama," jawab Gusdur.
Sampai di sini, para wartawan mulai jengkel. Mereka merasa dikerjain oleh Gus Dur. Jawaban menurut NU dan Muhammadiyah kok selalu sama.
Anda gimana sih, Gus. Kalau memang pandangan NU dan Muhammadiyah sama, ngapain kami disuruh milih menurut NU atau Muhammadiyah? Tanya wartawan.
"Ya .. kita harus dudukkan perkara pemikiran organisasi para ulama itu dengan benar, mas. Nggak boleh serampangan," jawab Gus Dur.
"Serampangan bagaimana?" sahut wartawan.
"Kalau Muhammadiyah itu kan ajarannya memang merujuk ke Rasulullah," jawab Gus Dur.
"Lha, kalau NU?" tanya wartawan.
"Sama". Kata Gus Dur (Sumber foto dan Tulisn dari GusNadjb dengan akun Twitter @GusNadjb, 22 Desember 2020)